Back

Tarif Baja Trump Naik Dua Kali Lipat, Indonesia Perlu Waspadai Banjir Impor dan Persaingan Harga

  • Trump gandakan tarif baja-aluminium ke 50% mulai 4 Juni 2025, memicu ketegangan dagang dan berpotensi mengubah alur perdagangan global.
  • Ekspor baja Republik Indonesia tumbuh 6,62%, dengan Tiongkok dan India sebagai pasar utama.
  • Lonjakan pasokan global akibat tarif AS dapat tekan harga ekspor dan membanjiri pasar domestik; IISIA desak pemerintah perketat izin impor.

Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencananya untuk menggandakan tarif impor baja dan aluminium menjadi 50% dari sebelumnya 25%. Kebijakan ini akan mulai berlaku pada 4 Juni 2025. Amerika Serikat masih sangat bergantung pada pasokan luar negeri untuk memenuhi kebutuhan aluminium dan baja. Sekitar setengah dari konsumsi aluminium AS berasal dari impor, dengan Kanada sebagai pemasok utama yang menyumbang 58% dari total impor. Uni Emirat Arab berada di posisi kedua dengan porsi 6%. Untuk baja, sekitar 23% dari impor AS berasal dari Kanada, disusul oleh Brasil (16%), Meksiko (12%), dan Korea Selatan (10%).

Langkah proteksionis ini diprakirakan akan memicu perubahan signifikan dalam alur perdagangan global, mendorong eksportir besar untuk mencari pasar alternatif. Indonesia, yang mencatat pertumbuhan ekspor baja sebesar 6,62% pada Januari-April 2025 menurut Badan Pusat Statistik (BPS), berpotensi terdampak secara tidak langsung.

Tiongkok dan India merupakan dua pasar utama ekspor baja Indonesia, masing-masing menyumbang 31,04% dan 7,57%. Namun jika kedua negara tersebut dibanjiri baja dari pemasok yang kehilangan pasar AS, margin ekspor Indonesia dapat tertekan akibat persaingan harga

Ketua Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA), Akbar Djohan, menilai dampak langsung tarif ini terhadap ekspor Indonesia memang kecil – di bawah 1% – tetapi risiko membanjirnya produk ke pasar domestik perlu diwaspadai. “Untuk memproteksinya, kita berharap pemerintah lebih ketat dan selektif dalam mengizinkan impor produk baja,” tegas Djohan pada hari Sabtu lalu saat diwawancarai oleh Kumparan.

Dengan produksi baja nasional hanya 17 juta ton per tahun, sementara kebutuhan domestik mencapai 21 juta ton pada 2025 menurut data dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Indonesia rentan terhadap banjir impor. Pemerintah didorong untuk segera menyusun kebijakan protektif guna menjaga daya saing dan keberlanjutan industri baja nasional.

USD/CAD Tertekan seiring Membaiknya PMI Kanada, Data AS Mengecewakan

Dolar Kanada (CAD) melanjutkan kenaikan beruntunnya terhadap Dolar AS (USD) selama tiga hari berturut-turut pada hari Senin, didukung oleh kenaikan harga minyak dan kelemahan yang berkelanjutan pada Greenback
了解更多 Previous

Emas Melonjak ke Tinggi 4 Minggu di Tengah Ketegangan Geopolitik, Kekhawatiran Tarif

Harga Emas melonjak tajam pada hari Senin, mencapai level tertinggi dalam lebih dari empat minggu, seiring dengan meningkatnya risiko geopolitik akibat konflik Rusia-Ukraina. Ketegangan perdagangan yang diperbarui antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok mendorong para investor untuk membeli logam kuning tersebut sepanjang hari.
了解更多 Next